Bismillaahirrahmaanirrahiem… pada tggl 16/11/2013 pukul 6:19 pagi, Akhuna Abu Hudzaifah Al Ma’ribi menulis sbb:

“Bayi-bayi yang baru lahir diberi nama ‘Dammaj’. Telah sampai kepadaku bahwa ada sejumlah orang yang dikaruniai anak di tengah berkecamuknya perang di Dammaj, dan mereka menamakan bayinya ‘Dammaj’ “.

Pada pukul 1:00 siang, Beliau menulis sbb:

“Di hadapanku sekarang ada seorang ikhwan yang terkena 6 tembakan di punggungnya dan dokter terpaksa membedah perutnya untuk mencari peluru akan tetapi tidak menemukan apa-apa! Sedangkan yg bersangkutan berbicara dengan lancar dan penuh keberanian, dan ingin kembali ke Kitaf saat ini. Katanya, ia ingin kembali ke medan perang secepatnya”.

lalu pada pukul 1: 23 siang beliau menulis:

“Ada salah seorang ikhwan yg terluka di depanku sekarang, dan ia membutuhkan ruang operasi untuk mengobatinya. Ia berkata kepadaku: Hai orang Ma’rib (nama propinsi di Yaman), Kau jangan berangkat ke Yaman besok, kecuali bersamaku. Aku ingin kembali ke medan”.

Allaahu Akbar, keberanian apakah yang mereka miliki ini??!!

pada pukul 1:26 beliau saudara kandung Abu Hudzaifah Al Ma’ribi menulis sbb:

 

“Asy Syahid biidznillah Asyraf Muthahhar”

Hari jum’at 11 Muharram yg lalu, Asyraf Muthahhar Syaraf dari propinsi Ib wilayah Dhihar (Yaman), yang berumur 18 th terbunuh di tangan Kelompok Houtsi Rafidhah saat berjihad membela akidah ahlussunnah.

Ibunya menceritakan ttg puteranya tsb sbb:

Setelah putera sulungku Muhammad terbunuh 3 tahun lalu di tangan kelompok Houtsi, Asyraf demikian sedih dan berjanji untuk membalas kematian kakaknya dan menyusulnya. Dan setelah Asyraf menyaksikan jenazah para syuhada yg kuburannya tersingkap oleh erosi air hujan setahun setelah pemakaman mereka, dan jasad mereka nampak seperti sedia kala seakan mereka sedang tidur dan timbunan tanah sama sekali tidak berpengaruh sedikitpun terhadap mereka; maka Asyraf berkata kepada ibunya:

“Demi Allah ya Ummi, andai engkau menyaksikan jenazah wanita hamil yang seakan-akan masih hidup dalam keadaan tersenyum lebar, dan jenazah para syuhada yang darahnya kami usap dengan tangan kami seakan mereka baru terbunuh saat itu (padahal sdh setahun dikubur -pentj); niscaya engkau akan benci kepada dunia dengan berbagai kegemerlapannya. Demi Allah, aku telah rindu kepada Jannah dan rindu kepada Muhammad saudaraku. maka ijinkan aku berangkat jihad”.

Ibunya berkata:

Puteraku lantas berpisah denganku sembari berkata: “Kita bertemu di jannah insya Allah”, lalu pergi berjihad dan Allah belum berkenan mengaruniainya mati syahid. Iapun pulang untuk menghadiri pernikahan ikhwan-ikhwannya, dan sepulangnya ia ke rumah, ia disambut oleh Ibunya dengan sukacita seraya berkata: “Nah, kita telah bertemu kembali di Jannah dunia, dan bukan di Jannah akhirat”. Namun Asyraf menjawab:

“Insya Allah lain kali engkau tidak akan melihatku kecuali di jannah akhirat”.

Hari jum’at pekan yang lalu, ia pun berpamitan dengan ibunya untuk berangkat jihad kembali. dan beberapa saat sebelum kematiannya, ia menelpon ibunya dan berkata: “Demi Allah, aku melihat Jannah di depanku. Jika engkau mendengar kabar kematianku, maka katakan kepada saudari-saudariku agar bersiul seperti menyambut kedatangan pengantin (bersiul dgn cara khas wanita Arab, yaitu dengan menggerak-gerakkan ujung lidah di bibir), dan janganlah mereka menangis, sebab itu berarti Allah telah menerimaku”.

dan ternyata Allah mengetahui ketulusan Asyraf, dan memilihnya untuk berada di Jannatul Firdaus (insya Allah). kemudian ibunya mendapat kabar via telepon dari salah seorang puteranya bahwa Asyraf telah mati syahid. maka sang ibu pun menangis dan menatap puteri-puterinya lalu menyuruh mereka untuk bersiul, akan tetapi mereka tak kuasa menahan kesedihan dan menangis bercucuran air mata…

Semoga Allah merahmatimu wahai Asyraf.

Sebagian kecil dari korban kebiadaban Syi’ah Houtsi terhadap warga sipil Dammaj yang telah dikepung selama lebih dari 38 hari dan digempur dengan berbagai macam senjata. Allaahul Musta’aan.

www.youtube.com/watch?v=FgSqMwcme3c